Kinerja SJK di Kalimantan Dukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Kinerja SJK di Kalimantan ini mendukung pertumbuhan ekonomi daerah

PORTALBANUA.COM, BANJARMASIN - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara menilai Sektor Jasa Keuangan (SJK) di Kalimantan dalam kondisi positif dan stabil yang tercermin dari peningkatan total aset SJK, termasuk sektor perbankan se-Kalimantan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Baca Juga:  Via QRIS Bank Kalsel Cuma Bayar Rp61 untuk Beli Takjil Ramadan

Kinerja SJK di Kalimantan ini mendukung pertumbuhan ekonomi daerah yang hingga akhir 2024 tumbuh 5,51 persen year on year di tengah tantangan global maupun domestik di 2024, dengan nominal PDRB Rp1.815,00 triliun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional 5,02 persen year on year dengan nominal PDRB Rp22.139 triliun.

Kepala Kantor OJK Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Parjiman mengatakan Kalimantan Timur menjadi kontributor utama terhadap PDRB se-Kalimantan dengan porsi 47,29 persen, disusul oleh Kalimantan Barat 16,54 persen, Kalimantan Selatan 15,80 persen, Kalimantan Tengah 12,28 persen, dan Kalimantan Utara 8,09 persen.

“Ekonomi Kalimantan masih ditopang oleh 3 sektor utama, yaitu pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, serta Pertanian Kehutanan dan Perikanan,” ujar Parjiman saat memaparkan pada Media Gathering OJK se-Kalimantan di Kantor OJK Pusat Jakarta, Selasa.

Baca Juga:  Via QRIS Bank Kalsel Cuma Bayar Rp61 untuk Beli Takjil Ramadan

Saat ini Kalimantan memiliki empat Bank Pembangunan Daerah, 53 Bank Perekonomian Rakyat, dan tiga Bank Perekonomian Rakyat Syariah, dengan kinerja yang secara umum terus meningkat. Total aset Bank Pembangunan Daerah di Kalimantan tumbuh hingga menjadi Rp121,36 triliun di 2024 atau meningkat 6,92 persen year on year.

Fungsi intermediasi juga terus dioptimalkan, dengan nominal dana pihak ketiga Rp84,49 triliun atau meningkat 4,15 persen year on year, serta nominal kredit yang diberikan Rp62,85 triliun atau meningkat 5,88 persen year on year.

NPL gross terjaga di bawah threshold 5 persen walaupun sedikit mengalami peningkatan di tahun 2024 menjadi 3,15 persen. Likuiditas juga masih terjaga dengan rasio LDR dan CASA di antara 65 hingga 80 persen.

Menurutnya, beberapa BPR dan BPRS di Kalimantan saat ini sedang dalam upaya perbaikan tata kelola dan efisiensi melalui program penggabungan/peleburan usaha, sehingga berdampak pada jumlah BPR yang menurun dari 56 pada akhir tahun 2023 menjadi 53 pada akhir tahun 2024, serta kinerja dan rasio keuangan agregat yang berfluktuasi.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Kalimantan senantiasa mendukung perkembangan industri pasar modal dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), dalam rangka mewujudkan stabilitas sektor keuangan yang resilient dan tangguh guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Baca Juga:  Via QRIS Bank Kalsel Cuma Bayar Rp61 untuk Beli Takjil Ramadan

Pengawasan terhadap sektor pasar modal terus dilakukan, terutama terhadap 98 jaringan kantor Perusahaan Efek, 3 Manajer Investasi, dan 176 jaringan kantor APERD yang ada di Kalimantan.

Transaksi penjualan saham di Kalimantan terus mengalami peningkatan hingga menjadi Rp49,63 triliun pada posisi 31 Oktober 2024 atau meningkat 16,45 persen month to month, dengan jumlah frekuensi lebih dari 9 ribu transaksi.

Begitu pula dengan penjualan reksadana yang juga terus meningkat menjadi Rp7,15 triliun pada posisi 31 Desember 2024 atau meningkat 52,45 persen quarter to quarter, dengan jumlah investor mencapai lebih dari 57 ribu.

Media Gathering OJK Kalimantan digelar 24-27 Februari 2005 melibatkan 50-an jurnalis se-Kalimantan, yakni Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah, dengan tujuan lokasi Jakarta-Bandung. (adh/tim)

Follow Google News Portal Banua dan Ikuti Beritanya 

 

 

 

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak