Sebuah masjid bercat putih berdiri di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur |
PORTALBANUA.COM - MAGETAN
Sebuah masjid bercat putih berdiri di Desa Geplak,
Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Masjid Nglengki, demikian nama
masjid tersebut.
Pengasuh
Masjid Nglengki Ustad Muhamad Rafiq Husain mengatakan, usia masjid tersebut
diperkirakan lebih dari 250 tahun dan merupakan masjid tertua di Kabupaten
Magetan.
Perkiraan usia itu didasarkan pada silsilah
pengelola masjid yang telah berganti hingga lima generasi.
"Untuk tanda (tertulis) pembangunan masjid, kami tidak menemukan, tetapi dari cerita turun-temurun masjid ini dibangun oleh kakek buyut kami, Kyai Rofii. Kami keturunan ke-5," kata dia saat ditemui di Masjid Nglengki, Jumat (31/3/2023).
Baca Juga: Di Momen Ramadan, Koperasi Harum Manis Bersatu Gelar RAT Yan
Awal mula berdirinya masjid
Muhamad
Rafiq Husain menambahkan, Kiai Rofii berasal dari Brebes Jawa Tengah.
Pada
saat selesai menuntut ilmu di salah satu pondok di wilayah timur Pulau Jawa,
Kiai Rofii mendapatkan pesan dari sang guru untuk mengembangkan Islam di luar
kampung halamannya.
“Kiai
Rofii sempat bermukim dan menikah di daerah Mundu Madiun, tetapi merasa kurang
sreg mengembangkan syiar agama di sana, kemudian beliau hijrah ke wilayah barat
dan sampai di kawasan Nglengki ini,” imbuhnya.
Di Nglengki, Kiai Rofii
berhasil mengembangkan pondok pesantren dengan banyak santri.
Hingga kini, jejak keberadaan bangunan pesantren
masih bisa terlihat di sebelah selatan masjid.
Di
tempat itu, terdapat bangunan yang berukuran sekitar 4x6 meter yang terbuat
dari batu bata dengan plesteran tanah liat.
“Dulunya dari cerita kakek
ini merupakan tempat belajar para santri pada saat itu,” kata Muhamad
Rafiq Husain
Selain
itu di sebelah timur sungai yang berjarak kurang lebih 200 meter dari masjid,
terdapat sisa-sisa fondasi berupa batu bata berukuran besar yang diplester
dengan tanah liat.
“Dulu belum ada jembatan bambu yang menghubungkan kawasan masjid dengan bekas bangunan pesantrean,” katanya.
Baca Juga: SPBU Nelayan Milik PT Gas Borneo Anugrah Diresmikan Menteri
Kisah beduk di Masjid Nglengki
Konon
pada waktu itu, Kiai Rofii mempunyai seorang putri yang membuat para santri
jatuh hati.
Tanggapan Heru Budi soal
Arab Saudi Bantu Renovasi Masjid JIC.
Sang
kiai kemudian membuat sayembara. Santri yang bisa membuat beduk dengan suara
menggelegar, maka akan dinikahkan dengan putrinya.
Zainal Musofa, salah satu
santri yang berasal dari Plaosan juga mengikuti sayambara yang diadakan oleh
sang kiai.
Atas saran dari Kiai Rofii, pasangan pengantin
tersebut kemudian mengembangkan syiar agama di daerah Sobontoro, daerah yang
berada 10 kilometer di sebelah barat Pesantren Nglengki.
Kini, ganya tersisa masjid
sebagai peninggalan Kiai Rofii.
Bangunan
masjid Nglengki berupa tiang utama, sejumlah pintu dan mimbar khotbah yang
terbuat dari kayu jati, dipercaya merupakan peninggalan pada awal Masjid
Nglengki dibangun.
“Yang
tersisa dari masjid pertama ada beberapa pintu, tiang utama dan mimbar khotbah
itu masih asli,” ujar Muhamad Rafiq Husain.
Bahkan beduk yang konon
dibuat oleh Kiai Zainal Mustofa untuk mengikuti sayembara tersebut masih
terawat dengan baik.
Beduk
tersebut bahkan masih difungsikan sebagai penanda waktu shalat.
"Beduk dengan penyangga kayu jati yang diletakkan di teras masjid juga masih terawat dengan baik. Kondisinya masih baik, hanya kulit bedugnya yang diganti,” kata Muhamad Rafiq Husain.
Baca Juga: Telkomsel Siaga Kalimantan #NyalakanKebersama
Setiap
Ramadhan seperti saat ini, beduk peninggalan Kiai Zainal Mustofa ditabuh oleh
remaja setempat untuk mengiringi selawat.
“Masih kita fungsikan untuk shalat Jumat atau
saat Ramadhan anak-anak di masjid sini masih kotekan dengan beduk ini,” pungkas
Ustad Muhamad Rafiq Husain. (adh/tim)
0 Komentar