Petani Karet Makin Sulit Menghasil Karet Basah (Bokar) |
PORTALBANUA.COM – BANJARMASIN
Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Kalimantan Selatan (Kalsel) mengakui bahan baku karet basah kian sulit dan minim. Akibatnya produksi karet kering di pabrik terbatas.
“Memang saat ini pabrik karet kekurangan bahan baku karet basah, dan berdampak terhadap produksi karet kering,” ucap Sekretaris Eksekutif Gapkindo Kalsel H Hasan Yuniar, Selasa (28/3/2023).
Tak hanya itu, menurut Hasan, harga dasar karet basah Rp20.000,-per kilgram pun tak bisa dipenuhi para petani. “Ini akibat kualitas karet rendah, dan kurangnya pemeliharaan kebun karet,” tandasnya.
Sehingga, sambungnya, petani mampu mendapatkan hasil antara Rp9.000 - Rp10.000,- per kilogram karet basah ke pabrik. “Jika, kualitas bagus, tentu harga dasar karet basah pun dipastikan tinggi,” ujarnya.
Baca Juga: Telkomsel Ajak Pelanggan di Kota Banjarmasin Ganti Kartu Lama ke 4G, Tetap dengan Nomor yang Sama
Hasan mengungkapkan, kebutuhan karet kering di Kalsel yang terserap hanya 300.000 ton per tahun, dan 600.000 ton karet basah per tahun dari petani.
Jika melihat kondisi karet di Kalsel, sebut Hasan, maka areal lahan 284 hektar karet, namun tidak mampu pemerintah berdayakan dengan menggunakan dana APBD/APBN. “Ya, pemerintah hanya mampu menyediakan 300 hektar per tahun untuk peremajaan/tanam baru karet,” beber Hasan Yuniar yang baru saja menyampaikan paparanan dengan Kementerian Pertanian RI.
Itu pun, sambungnya, hanya di Kalsel, namun di Kalteng dan Kalbar tidak ada anggaran peremajaan karet. kalsel anggaran, padahal se Indonesia hanya tersedia 500 hektar peremaan.
Solusinya, jelas Hasan, pohon karet yang agak tua, maka harus dipelihara petani, sehingga mampu mengatasi serangan penyakit hama. “Ya, dampaknya hasil bagus, dan pohon karet terawat,” tuturnya.
Baca Juga: Tips #Cari_Aman Berkendara Saat Hujan
Terkait cuaca, Hasan juga mengkhawatirkan adanya musim penghujan, yang mengakibatkan pohon karet dan lahan tergenang air.
Untuk itu, Ia pun berharap, dengan kondisi bahan baku karet sulit, akan memunculkan harga yang baik dan meningkat. “Harga pun dapat diperoleh petani tinggi, dan pembeli dari luar tidak mampu mengendalikan petani,” imbuhnya.
Kini tercatat, jumlah petani karet di Kalsel mencapai 200.000 lebih, dan karyawan pabrik karet berkisar 300-an karyawan. “Petani karet dan karyawan pabrik ingin tetap hidup, dan kondisi ini dapat berubah ke lebih baik,” tutup Hasan. (ad/brt/tim)
Follow Portal Banua di Google News Cek Berita Lainnya
0 Komentar