portalbanua.com, BANTEN
Rencana pemerintah
untuk memperketat penyaluran subsidi LPG 3 kilogram (kg) semakin terdengar.
Rencananya, mulai tahun depan pembelian LPG 3 kg mesti menunjukkan KTP.
Kepala BPH Migas Erika Retnowati mengatakan,
pembelian LPG 3 kg dengan KTP ini dilakukan sebagai tahap menuju distribusi
subsidi tertutup, sehingga subsidi benar-benar diberikan kepada yang berhak.
"Itu menuju distribusi tertutup, LPG itu
kan ada subsidinya, supaya subsidi itu tepat sasaran supaya orang-orang yang
berhak," katanya di di Terminal LPG Tanjung Sekong, Banten.
Dia mengkonfirmasi, ke depan subsidi LPG 3 kg
dilakukan secara tertutup. Dia menerangkan, data pembeli LPG 3 kg selanjutnya
akan dicocokkan dengan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan
Ekstrem (P3KE).
"Iya (secara tertutup), dengan menyerahkan
KTP, kemudian kan nanti ada data, dicocokkan data P3KE ya, itu memang
orang-orang yang miskin," ujarnya.
Saat ditanya apakah pembelian LPG 3 kg
menggunakan KTP akan dilakukan secara serentak, Erika mengatakan akan dilakukan
secara bertahap. "Bertahap ya," ujarnya.
Rencana
untuk mengubah mekanisme penyaluran subsidi LPG 3 kg tahun depan ini tertuang
dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2023.
Dalam dokumen KEM PPKF disebutkan, perubahan skema ini dilakukan menimbang tren
kenaikan volume konsumsi LPG 3 kg dan semakin besarnya beban fiskal.
"Dengan mempertimbangkan tren kenaikan
volume konsumsi LPG bersubsidi dan semakin besarnya beban fiskal, Pemerintah
berupaya untuk memperbaiki mekanisme penyaluran subsidi LPG Tabung 3 Kg melalui
transformasi yang diarahkan pada perubahan paradigma dari subsidi komoditas
(selisih harga)," tulis dokumen tersebut.
Penyaluran LPG 3 kg akan dilakukan menjadi
subsidi berbasis orang dan juga akan dikombinasikan dengan program bantuan
sosial (bansos).
"Menjadi subsidi berbasis orang yang
disinergikan dengan program bansos lainnya. Pelaksanaan transformasi subsidi
LPG 3 Kg ini akan dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan kondisi
perekonomian, serta kesiapan data dan infrastruktur," lanjutnya.
Sementara, saat ditanya mengenai perubahan
mekanisme ini, Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan, pemerintah ingin agar
penyaluran subsidi tepat sasaran. Agar tepat sasaran, kata dia, perlu data yang
valid. Arifin mengatakan, data tersebut saat ini tengah disiapkan oleh penyalur
"Yang
jelas gini, kalau penyaluran itu kan kita maunya tepat sasaran. Untuk supaya
tepat sasaran datanya harus valid, harus lengkap, dan kemudian instrumennya
kita apa, data dari mana termasuk juga KTP-nya ini disiapkan sama penyalur.
Nanti detailnya tanya sama penyalur," katanya di Kementerian ESDM, Jakarta
Pusat, Jumat (23/12).
Arifin tak menjelaskan secara detil perubahan
skema tersebut. Namun, dia bilang, penyaluran subsidi mesti tepat sasaran agar
tidak ada kebocoran anggaran. "Kita harus makin bagus, makin tepat, akurat
kalau nggak bolongnya banyak dan bolongnya nggak tanggung-tanggung,"
katanya.
Corporate
Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, pembeli cukup
menunjukkan KTP untuk mendapatkan LPG 3 kg. Jika data tidak ada, maka akan
dilakukan pembaharuan data. Dia menegaskan, hingga saat ini tidak ada
pembatasan.
"Pembeli cukup menunjukkan KTP-nya kita
akan lihat, kita masukkan datanya, kalau masuk sesuai dengan P3KE itu data, ia
beli, silakan, nggak ada masalah. Kalau nggak ada, kita akan update gitu,
sehingga tidak ada pembatasan, saat ini juga tidak ada," katanya.
Sebagai
informasi, uji coba ini akan mengacu pada data Pensasaran Percepatan
Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE). Menurut Irto, saat ini progresnya masih
dalam tahap pencocokan data antara data pembeli dan P3KE.
Saat ini telah dilakukan uji coba di 5 kecamatan
di beberapa kota. Kelimanya antara lain kecamatan di Tangerang, Semarang, Batam
dan Mataram di mana uji coba ini berlangsung untuk pembelian di pangkalan resmi
Pertamina. Dari uji coba tersebut diketahui, rata-rata sebagian besar
masyarakat membeli 1 hingga 4 tabung LPG 3 kg per bulan.
"Kita kan uji coba sekarang nih 5 kecamatan
kita akan roll out dulu ke daerah lain, nanti kita akan evaluasi jangan
langsung lah, nanti masyarakat juga bingung," ujarnya. (brt/adh/tim)
0 Komentar