Mahalnya Kedelai, Bikin Pengrajin Ngerem Produksi Ketimbang Rugi

 

 Nurhalimah Pengrajin Tahu Tempe di Karangasem "Ngerem Produksi

 

portalbanua.com, KARANGASEM

Dampak kenaikan harga kedelai membuat sejumlah perajin tahu dan tempe di Kabupaten Karangasem, Bali terpaksa 'mengerem' alias mengurangi produksi dan ukuran.

Para perajin memilih menurunkan produksi karena mereka khawatir, kenaikan harga kedelai akibat imbas dari kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) juga berdampak pada jumlah permintaan.

BACA JUGA: Gelar Pelatihan Manajemen Ekowisata Mangrove Rambai Center Banjarmasin


Nurhalimah (35) salah satu perajin tahu asal Lingkungan Bangras, Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten Karangasem mengaku, semenjak harga BBM naik, harga kedelai mengalami kenaikan secara bertahap.


Bahkan saat ini, harganya mencapai Rp 12.800 per kilogram. Padahal sebelum adanya kenaikan BBM harganya kisaran Rp 11.000- Rp12.000 per kilogram.

Karena harga kedelai mahal, terpaksa saya mengurangi jumlah produksi dari sebelumnya 100 kilo per hari kini hanya 75 kilo saja per hari karena jumlah pembelinya berkurang saat ini," kata Nurhalimah saat ditemui di Lingkungan Bangras, dilansir detik.com, Senin (26/9/2022).

BACA JUGA: Tembus 2,6 Juta Lebih Pendaftar BBM Subsidi

Selain itu, Nurhalimah juga mengaku tidak berani untuk menaikan harga maupun mengurangi ukuran tahu yang diproduksinya karena takut tidak dapat pelanggan lagi dan merugi.

"Kami biasa menjual tahu per ember ke pelanggan. Satu ember berisi sebanyak 300 potong tahu dengan ukuran kurang lebih 3 cm dengan harga Rp 70 ribu per ember," kata Nurhalimah.

Sehingga dengan mahalnya harga kedelai dan menurunnya jumlah pembeli, pihaknya hanya mampu menjual sekitar 15-18 ember per hari .

"Jauh menurun dari sebelumnya, dulu sehari bisa 30 ember terjual. Kalaupun kami ingin naikkan harga, kami khawatir tidak laku,"imbuh Nurhalimah

BACA JUGA: Bank Kalsel Raih Penghargaan Top Digital Corporate Brand Award 2022

Untuk itu, dengan kondisi saat ini, Nurhalimah berharap kepada pemerintah agar bisa menurunkan harga kedelai. Karena para perajin tidak bisa mengikuti untuk menaikan harga saat kedelai mahal.

Terpisah, perajin lain bernama Lailati Aminah (42) juga mengaku senasib.

"Sebenarnya saya mau menaikan harga, tapi mau tanya pelanggan dulu mau nggak harganya dinaikan, kalau nggak ya terpaksa kita kurangi produksi karena saya takut rugi kalau nggak laku semuanya," kata Aminah sembari berharap kepada pemerintah untuk segera memberikan solusi dengan naiknya harga kedelai terangnya. (brt/adh/tim)

0 Komentar